Darahku merah
Nafasku merah
Bayanganku pun merah
Menyala
Meradang
Berkobar
Tak tertahan
Tak bisa ditahan
Hangus
Lebur
Hancur
Jadi puing
Jadi serpihan
Jadi abu
Aku cemburu
﹏﹏
Mlng.1.6.2016.11:06am
Darahku merah
Nafasku merah
Bayanganku pun merah
Menyala
Meradang
Berkobar
Tak tertahan
Tak bisa ditahan
Hangus
Lebur
Hancur
Jadi puing
Jadi serpihan
Jadi abu
Aku cemburu
﹏﹏
Mlng.1.6.2016.11:06am
Nyatanya... rindu memang tak selalu harus di rayakan dengan temu. Kadang kamupun harus mengubur jauh jauh rindumu dalam palung terdalam hatimu bila kamu tak ingin sesak selalu menikam dadamu.
Ada yang pernah bilang padaku. Bahwa rindu tak harus melulu berahir dengan temu.
Terkadang kamupun perlu menghias rindumu agar ia terlihat pantas bila saatnya nanti jarak tak lagi menjadi satu-satunya alasan untuk melepas semua rindu dalam dekap yang tak lagi semu.
Namun... adakah kesakitan yang lebih sakit ketika harus merindu disaat dia benar-benar nyata didepanmu?
Aku tak pernah menemukan kesakitan yang lebih parah dari itu, bila kamu tau!
﹏﹏
Mlng.31.5.2016.4:32pm
Sayang...
Aku buat puisi ini untukmu
Maka duduklah dan resapilah tiap kata yang bahkan tak mendayu-dayu
Karena memang ini bukan puisi cinta yang biasa aku buat untukmu
Entah aku namai apa puisiku kali ini
Ah... abaikan saja ini puisi tentang apa
Baca saja tiap kata dari bait yang coba aku rangkai untukmu ini
Sayang...
Kamu menghidupkan lagi bara dalam hatiku
Membakar seluruh rasa yang coba aku redam
Menjadikannya letupan-letupan emosi yang merah menyala
Panas!
Ya sayang... sangat panas!
Bahkan kali ini sanggup membakar dan melumat apapun bahkan siapapun yang melihatnya
Tak perlu mendekat, sayang
Karena udara disekitarnya sudah cukup mampu meleburkan apapun
Apalagi bila kamu menyentuhnya?
Maka tak usah ditanya lagi akan menjadi apa!
Hangus!
Dan hancur menjadi serpihan-serpihan!
Maka abaikan saja bara yang telah terlanjur kamu nyalakan itu
Biarkan angin mendinginkannya perlahan
Hingga tak ada lagi panas yang tersisa
Lakukanlah begitu!
Bila kamu tak ingin bara itu menjadi lahar yang siap muntah kapanpun ia mau
Kamu mengerti kan?
﹏﹏﹏
Mlng.26.5.2016.12.02am
Kau tahu sayang?
Aku kembali begitu terpuruk kali ini
Ingin kutumpahkan semua gelisahku
Segala keluh kesahku
Seluruh laraku
Di pundakmu!
Ingin aku bagi semua itu denganmu
Namun kau tau?
Entah mengapa keadaan selalu tak memihakku untuk itu
Kau seolah ditelan bumi dan tak ada satu alat komunikasi apapun yang bisa untuk menghubungimu
Lantas bagaimana aku harus berbagi denganmu?
Sedangkan aku sudah tak kuat lagi memikul beban ini sendiri
Kau tahu sayang?
Lagi-lagi dia yang tak pernah beranjak mendengar kesakitanku
Dengan sabar menghiburku
Dan menghapus lagi air mataku
Sebenarnya aku bahkan tak pernah berniat untuk membagi kesakitanku dengannya
Tapi entah... dia selalu tau bahwa ada air mata yang selalu berusaha aku sembunyikan dari siapapun
Aku tak perlu meminta maaf buat ini kan?
﹏﹏
Mlng.24.5.2016.5:29pm
Rindu ini entah mengapa mendekapku begitu erat
Sangat erat hingga seakan akan mampu meremukkan seluruh tulang belulangku
Ia juga mencekeramku hingga aku serasa sesak dan tak dapat untuk bernafas
Udara di sekitarku pun tak luput ia renggut dariku
Bahkan ia tak menyisakan sedikit saja untukku hirup
Sekejam itukah bila rindu menyapa?
Tak bisakah ia hadir lebih baik lagi?
Menyapa dengan lembut, membelai mesra ataukah mengecup kening dengan penuh cinta?
Mungkin memang tak akan pernah bisa
Karena memang!
Rindu itu tak selayaknya hadir diantara kita
Rindu terlarang yang hanya menghadirkan sesak didada
Namun kembali aku bertanya
Adakah aturan buat siapa kita merindu?
Hingga banyak orang-orang bilang, bahwa ada rindu yang terlarang
Ah...
Biarkan saja orang-orang itu berkata apa
Karena ini rindu kita
Rindu yang akan selalu kita jaga
﹏﹏
Mlng.22.5.2016.4:41pm
Adakah kerinduan yang lebih besar selain merindukanmu?
Adakah kesakitan yang lebih besar, selain sakit karena harus menahan rindu ini padamu?
Adakah rasa sesak yang lebih menyesakkan dada, selain rasa sesak karena harus merindukanmu yang ada didepan mataku?
Aku pernah merasakan itu semua
Bahkan hal itu sudah tidak asing lagi bagiku
Rasa sesak didada hingga menimbulkan kesakitan yang tak mampu aku lukikaskan
Seperti melihat gelas yang kamu genggam, kemudian terjatuh diatas lantai
Aku seperti hancur berkeping-keping,
Bahkan lebih parah dari itu!
~~
Mlng
Ingatan masalaluku sedang menghampiriku lagi kali ini
Ditanyakannya petihal hati yang apakah baik-baik saja jika ia hadir lagi kini
Kataku, tidak ada hati yang baik-baik saja ketika mengingat luka
Tapi ketika kau datang lagi kali ini, tidak ada air mata lagi yang mengalir kini
Kurasa aku sudah lebih baik, sudah bisa memaafkan luka. Jawabku.
Kita seduh malam ini dalam secangkir rasa membara
Biarkan rindu lambungkan asanya dalam kecup mesra sang pecinta
Dan kita nikmati malam ini dalam desah gelora meniti sebua asa
Kita rangkum dan kita rajut rasa yg tersisa dalam singgasana tertinggi sepasang pecinta
Hanya aku kamu dan tepiskan sementara saja bayang tentang Dia di sana
Siang dan malam yg hampir sama saja
Tak ada beda bagi kita
Karena hanya dekap rindu yang kita tunggu
Dan peluk yang dapat remukkan dan lelehkan tulang belulang kita
Serta pekat menyatu bersama cahaya temaram yg semakin melilit tubuh kita
Lalu kita akan tenggelam dan membeku bersama dalam lautan dewa dewa
Hingga hanya tersisa rintih dan desah bersama dalam lautan penuh gelora
Tak perlu ada tanya mengapa dan bagaimana
Hanya kita selami rasa dalam desah cinta yg hanya kita simpan berdua
Tak perlu ungkap kata pada mereka apalagi dia
Karena kisah ini harus kita simpan bersama
Jangan sampai mereka dan dia menatap kita dalam tatap merah menyala seperti api membara
Cukup kita diam saja dan kita rasa
Ini akan menjadi rahasia kita berdua
Tidak ada kata
Hanya mata yang saling mengunci dan berbicara
Kita sama-sama saling mencari kebenaran yang tersembunyi di dimatamu... dimataku...
Kita sebenarnya saling berkata-kata
Namun tidak butuh suara
Karena orang lain tak akan mengerti apa yang hati kita katakan
Hanya kitalah yang mengerti tentang semua hal yang ada di dalam hati
~~
Mlng
Tak pernah ada kiasan kata yang pantas untuk menggambarkan semua kebaikanmu
Tak pernah cukup waktu untuk mendengarkan semua kisah keperkasaanmu
Pun tak cukup walau ribuan puisi cinta untuk ungkap betapa kaumenyangiku
Semua lebih dari itu!
Sebenarnya aku tak punya cukup banyak kata untuk puisikan tentangmu,
Dan narasi panjang yang ada di kepala entah mengapa tiba tiba menyungsut dan mengerut
Seakan akan semua takjub dan malu menyaksikan kekuatan cintamu
Begitu besar!
Sangat suci tak tertandingi.
Tulus!
Bahkan kau sangat rela menukar bahagia anakmu dengan nyawamu sekalipun!
Itulah cinta yang biasa kau beri untuk anakmu, Ibu.
Mlng.7.5.2016.9:57pm
Di beranda hatiku ini hujan sudah lama tak singgah.
Pohon randu sudah lupa cara berbunga, Dan kamu hanya samar samar lanskap cuaca...
Aku memang hanya akan selalu menjadi sajak yang tak pernah kau mengerti, tapi akan selalu menjadi do'a yang kau khidmati.
Aku tahu tak ada cara bagimu untuk memcintaiku, kalau sajak sajakku tak mampu kau terjemahkan. Maka tanpamu adalah kesepian abadi yang pernah Tuhan ciptakan di hatiku. Padahal hanya di hati aku bisa hidup abadi dalam kenangan...
﹏﹏
By:vàe và
Bolehkan aku berteriak?
Atau menangis saja?
Karena jujur, aku sangat ingin melakukan keduanya
Aku ingin teriakkan rindu yang tak berkesudahan ini
Aku ingin teriakkan rindu yang harus di pendam ini
Pun aku sangat ingin menangis karena tak kuat lagi
Duh!
Mengapa harus seperti ini
Rindu yang teramat menyiksa dan tak pernah mau pergi
Mlng.1.5.2016.7:53pm
Tuan
Apa kabarmu di sana? Bagaimana dengan rindumu kali ini? Baik baik sajakah dia? Karena dia terlihat sangat aneh tuan.
Taukah kamu tuan? Entah ada apa dengan rindumu kali ini. Ia beberapa kali berusaha menghampiriku, tapi dia tak pernah sedikitpun menyapa. Dia hanya terdiam dan sering kali memperhatikan dari kejauhan. Sudahkah kamu ingatkan rindumu agar tak berkeliaran di luar?
Dia terlihat sangat murung ketika menghampiriku, tuan. Entah apa yang dia pikirkan hingga dia begitu murung. Soalah banyak yang ingin dia sampaikan. Namun bibirnya terkatup begitu rapat. Seakan telah tertumpahi kiloan lem di bibirnya hingga ia tak bisa untuk sedikit saja membukanya untuk berkata-kata.
Tuan...
Tak inginkah kamu bertanya perihal rinduku?
Ah biar aku ceritakan saja walau kau tak ingin bertanya.
Rinduku telah tumbuh sedikit besar tuan. Ia mulai belajar tertatih dan terkadang belajar bicara. Memang tak banyak yang ia katakan, karena mungkin dia memang belum mengenal banyak kata. Yang sering dia ucapkan hanya sebuah nama, tuan. Nama yang aku kira tak asing buatmu. Bahkan bisa jadi acap kali terdengar olehmu. Atau mungkin... itu memang namamu.
Ah entahlah! Yang dia ucapkan hanya itu itu saja. Kadang aku mulai bosan mendengarnya. Sebenarnya bukan bosan, tuan! Lebih tepatnya, kata itu telah sangat menumpuk di kepalaku. Entah itu bisa di sebut bosan atau bukan. Karena aku sangat ingin mendengar kata-kata itu, bila dia berhenti mengucapkannya.
Tuan...
Lain kali aku ceritakan lagi perihal rinduku. Kamu masih mau mendengarnya bukan?
Mlng30.4.2016.11:21pm